Melihat Penyu Bertelur di Pangumbahan

Pantai Pangumbahan termasuk salah satu daerah di pesisir selatan Jawa yang menjadi lokasi utama bertelurnya penyu. Pantai ini terletak di Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Daerah pendaratan penyu di pantai ini didominasi oleh pasir berwarna campuran putih dan kuning kecoklatan sepanjang 2,3 km. Vegetasi pantai dan hutan pantai masih banyak ditemukan di daerah ini.

Sebagian besar masyarakat di Pangumbahan memiliki mata pencaharian sebagai petani lahan kering ( sawah tadah hujan), bertanam palawija (kacang tanah, bawang dan semangka).

Selain itu, penduduk juga menyadap dan membuat gula aren serta beternak sapi, domba, ayam dan bebek. Sebagian kecil berprofesi sebagai nelayan.

Peta Ujung Genteng-dody94.wordpress.com

Gambar 1. Letak Pantai Pangumbahan dan Pantai Ujung Genteng. Sumber: Google Earth (2014).

Pantai Pangumbahan merupakan pusat konservasi penyu dengan kegiatan utama melindungi lokasi pendaratan penyu dan sarang penyu, menetaskan telur penyu secara semi-alami dan melepaskan bayi penyu ke pantai.

Kawasan konservasi memiliki fasilitas berupa seperti kantor, aula, kandang konservasi, penetasan semi alam, mushola, dan perumahan pegawai. Lokasi ini dilindungi pagar beton setinggi 3 meter.

Kawasan konservasi di sepanjang pantai dibagi menjadi 6 pos pemantauan. Masing-masing pos berjarak sekitar 400 meter. Petugas konservasi berjaga setiap malam di sepanjang pantai antara pukul 19.00-04.00 untuk memantau penyu-penyu yang sedang bertelur.

Untuk melindungi telur dari ancaman pemangsa seperti biawak, babi hutan dan para penjarah, maka telur-telur penyu tadi dikumpulkan dan dipindahan ke tempat penetasan semi alami.

Pantai Pangumbahan-1

Gambar 2. Profil Pantai Pangumbahan dilihat dari citra satelit. Sumber: Google Earth (2014).

Selain sebagai pusat konservasi, Pantai Pangumbahan juga menjadi daerah wisata bagi pengunjung yang ingin melihat aktifitas penyu yang sedang bertelur.

Mahasiswa, pelajar dan peneliti juga banyak yang datang untuk belajar tentang seluk beluk kehidupan penyu. Sebagian besar penyu yang mendarat di Pangumbahan berasal dari jenis Penyu Hijau (Chelonia mydas).

Penyu adalah hewan reptil yang telah sepenuhnya beradaptasi untuk hidup di laut. Tubuhnya dilindungi oleh tempurung yang keras. Bagian punggung dilindungi oleh tempurung yang di sebut Karapaks. Sedangkan bagian perut dilindungi oleh plastron.

1. Pangumbahan-dody94.wordpress.com

Gambar 3. Peneliti Biologi Laut (tengah) dan beberapa mahasiswa sedang mengamati penyu hijau yang sedang bertelur di Pantai Pangumbahan. Sumber: dokumentasi pribadi.

Penyu bernapas dengan paru-paru. Kaki depan berubah menjadi sirip yang digunakan sebagai dayung untuk berenang. Sedangkan kaki belakang juga berubah menjadi sirip yang digunakan sebagai kemudi.

Penyu Hijau termasuk hewan yang berumur panjang, namun lambat berkembang. Usia dewasa akan dicapai setelah penyu berumur 20 atau 30 tahun.

Secara naluriah, penyu akan bertelur ditempat dimana dulu ia ditetaskan. Penyu akan mendarat di pantai dan menggali lubang di pasir untuk menimbun telur-telurnya.

3. Pangumbahan-dody94.wordpress.com

Gambar 4. Penyu Hijau sedang menimbun telurnya dengan pasir. Sumber: dokumentasi pribadi.

Telur penyu akan ditetaskan oleh panas yang dihasilkan pasir. Telur akan menetas setelah ditimbun selama 52-70 hari. Bayi penyu yang baru menetas disebut Tukik.

roses bertelur penyu hijau memakan waktu 2 jam. Dimulai dari mendarat, menggali lubang, bertelur, menutup sarang dan kembali ke laut. Penyu hijau bertelur sebanyak 80-120 butir per sarang.

Penyu akan menempuh jalur yang berbeda saat mendarat dan melaut. Musim puncak bertelur terjadi pada bulan Juli-Agustus. Setiap betina akan bertelur beberapa kali dengan rentang waktu 2 minggu.

Saat bertelur, penyu menjadi sangat sensitif terhadap cahaya atau api dan suara. Sejak vila-vila dibangun dipinggir pantai, antara Ujung Genteng dan Pangumbahan, konon jumlah penyu-penyu yang mendarat dan bertelur di Pantai Pangumbahan terus berkurang.

2. Pangumbahan-dody94.wordpress.com

Gambar 5. Tukik Penyu Hijau yang siap dilepaskan di pesisir Pantai Pangumbahan. Sumber: dokumentasi pribadi.

Telur-telur penyu yang sudah tertimbun pasir, akan digali kembali oleh petugas, kemudian dikumpulkan dan dipindahkan di penetasan semi alami. Telur ini akan menetas setelah kurang lebih 9-10 pekan. Setelah menetas, tukik akan langsung dilepas ke laut.

Untuk menghindari predator dan panasnya pasir pantai akibat sengatan matahari, tukik dilepas menjelang matahari terbenam sekitar Pukul 17.30. Tukik harus dilepas secepatnya, sebab jika terlalu lama dipelihara, maka naluri alamiah tukik untuk bertahan hidup di laut akan hilang.

Dari 1000 tukik yang menetas dan kembali ke laut, hanya satu ekor yang akan tumbuh menjadi penyu dewasa. Sebagian besar tukik akan mati dimangsa oleh predator.

4. Pangumbahan-dody94.wordpress.com

Gambar 6. Penyu Hijau usai bertelur. Sumber: dokumentasi pribadi.

Bangau besar, Biawak, Babi Hutan, Kepiting akan memangsa tukik sebelum mencapai pantai. Sedangkan di perairan terbuka telah menunggu ikan-ikan pemangsa seperti Hiu, Barakuda dan ikan besar lainnya.

Kawasan Konservasi Penyu di Pangumbahan yang mencakup pantai Pangumbahan hingga muara sungai Cipanarikan berada dibawah pengelolaan Departemen Kelautan dan Perikanan. Sedangkan kawasan pantai yang lebih panjang, dari muara Cipanarikan hingga Ciwaru berada dibawah pengelolaan Departemen Kehutanan Kabupaten Sukabumi.

Penyu Hijau termasuk hewan yang dilindungi Undang-Undang seperti termaktub dalam PP No. 7 Tahun 1999, masuk dalam Appendix I CITES sebagai satwa yang tidak boleh diperdagangkan dan oleh IUCN digolongkan sebagai satwa yang terancam punah (endangered).

5. Pangumbahan-dody94.wordpress.com

Gambar 7. Penyu Hijau kembali ke laut. Sumber: dokumentasi pribadi.

Konservasi Penyu di Pangumbahan masih banyak menghadapi kendala. Salah satunya adalah adanya konflik kepentingan dengan masyarakat sekitar yang masih menjarah telur penyu. Telur ini dianggap memiliki berbagai khasiat dan dijual dengan harga Rp. 2500 per butir.

Semoga saja, konflik kepentingan dapat segera diatasi dan semakin banyak tukik-tukik yang lahir di Pangumbahan.

Referensi :

1. http://www.ujung-genteng.info/dari-ujung-genteng-ke-pangumbahan/

 

 

 

 

 

Pos ini dipublikasikan di Konservasi dan tag , , . Tandai permalink.